Sabtu, 10 September 2011

Total Football bagi saya adalah sistem permainan sepakbola yang paling menarik. Tetapi memahami Total Football ternyata tidak segampang yang saya duga. Berulangkali membaca berbagai literatur dan artikel sepakbola, susah menemukan penjelasan mengapa dan bagaimana Total Football muncul. Hanya dengan memahami mengapa dan bagaimana, kita bisa memahami esensi sesuatu.

Yang standar tentu saja kita tahu bahwa sistem ini pertama kali muncul di Belanda dengan permainan bertumpu pada fleksibilitas pertukaran posisi pemain yang mulus. Posisi pemain sekadar kesementaraan yang akan terus berubah sesuai kebutuhan. Karenanya, semua pemain dituntut untuk nyaman bermain di semua posisi.

Penjelasan paling memuaskan malah bukan saya dapat dari orang Belanda, melainkan seorang penulis Inggris yang tergila-gila dengan sepakbola Belanda. David Winner menulis buku yang kalau diterjemahkan bebas kira-kira berjudul, "Oranye Brilian -- Jenius dan Gilanya Sepakbola Belanda".

Orang Belanda sendiri sampai terkagum-kagum dan mengatakan, ''Ah, jadi begitukah cara berpikir kami.'' Banyak pemain bola Belanda seperti tersadarkan pada sosok yang berada di dalam kaca ketika mereka bercermin.

Winner tidak membahas sepakbola semata. Menurutnya Total Football hanyalah pengejawantahan ''psyche'' paling dasar warga Belanda dalam memahami kehidupan. Benang merah Total Football juga ada dalam karya seni, arsitektur, dan bahkan tatanan sosial budaya masyarakat Belanda.

Berlebihan? Mungkin. Namun penjelasannya sungguh masuk akal.

Kita semua tahu ukuran lapangan sepakbola lebih kurang sama di mana-mana, sehingga ruang permainan selalu sebenarnya sama. Tapi orang Belanda sadar bahwa ruang juga adalah persoalan abstrak di dalam kepala. Membesar dan mengecilnya ruang tergantung pada cara mengeksploitasinya.

Total Football, demikian jelas buku itu, adalah persoalan ruang dan eksploitasinya itu, bukan yang lain. Fleksibilitas posisi pemain, pergerakan pemain, semuanya adalah konsekuensi dari upaya untuk menciptakan ruang agar bisa dieksploitir semaksimal mungkin.

Prinsip dasarnya sebenarnya sangat sederhana. Besar kecilnya lapangan sepakbola walau ukurannya sama, tetapi di benak bisa berubah tergantung siapa yang bermain di dalamnya.

Misalnya, begitu pemain Belanda menguasai bola maka mereka akan membuat lapangan seluas mungkin. Pemain bergerak ke setiap jengkal ruang yang tersedia. Di benak lawan lapangan akan tampak begitu lebar.

Atau, begitu lawan menguasai bola, ruang harus dibuat sesempit mungkin. Pemain yang terdekat dengan pemain lawan yang menguasai bola dituntut untuk menutupnya secepat mungkin, tidak peduli apakah itu pemain bertahan atau bukan. Bisa satu bisa dua, bahkan tiga. Tekanan harus dilakukan secepat mungkin bahkan ketika bola masih ada di jantung pertahanan lawan. Lawan terjepit dalam benak bahwa lapangan begitu sempit.

Memperlebar atau mempersempit ruangan di benak lawan tentu bukan barang mudah. Harus ada kemampuan untuk mencari ruangan. Pergerakan yang kompak. Cara mengumpan bola yang eksploitatif atas ruang yang tersedia, entah melengkung, lurus, melambung, dll. Pendeknya dibutuhkan pemahaman geometri ruangan yang tidak sederhana.

Persoalannya adalah, mengapa hal ini tidak terpikirkan oleh orang lain sebelumnya? Dan mengapa orang Belanda yang bisa melakukannya?

Jawabnya, menurut buku itu, didapat dari kondisi alam Belanda.

Bangsa Belanda secara intrinsik bangsa yang spatial neurotic (tergila-gila oleh ruangan ataupun pemanfaatannya). Kondisi alam memaksa mereka demikian. Lima puluh persen tanahnya berada di bawah permukaan laut. Sementara sisanya terlalu sempit untuk jumlah penduduk yang berjubel.

Terus menerus bangsa ini melakukan reklamasi untuk memperluas daratan. Dengan sadar persoalan tanah mereka atur dengan sangat disiplin dan ketat. Eksistensi bangsa ini tergantung bagaimana mereka merawat tanah yang tak seberapa mereka punya. Kanal, selokan air, bendungan kecil dan besar, teratur rapi membelah setiap jengkal tanah yang mereka punya.

Belanda hingga saat ini adalah negara paling padat dalam ukuran per meter persegi, dan pengaturan tanahnya adalah yang paling teratur di muka bumi.

Namun seberapa pun mereka mencoba, seberapa pun disiplinnya, tanah tidak akan pernah cukup tersedia.

Lalu apa yang dilakukan?

Jawabnya ada di daya khayal, di benak, di alam abstraksi. Di samping secara fisik mereka mencoba memperluas wilayah darat mereka, mereka juga menciptakan ruang yang luas dialam khayal mereka.

Kalau Anda kebetulan datang ke Eropa, bandingkanlah tata kota Belanda dengan negara lain. Kita akan segera sadar bahwa Belanda memang lebih sempit tapi tata kotanya dibuat sedemikian rupa rapi, sehingga terasa sangat longgar. Dibanding negara manapun di dunia, tata kota di Belanda adalah yang paling kompak di dunia.

Arsitektur bangunannya, baik yang tua maupun modern, terasa sangat inovatif, dengan sudut yang sering tidak normal, bentuk bangunan yang tidak umum, aneh, tetapi kesannya selalu sama—longgar dan lapang. Karena semua lekuk ketidaknormalan adalah bagian dari upaya untuk menciptakan ruang tambahan di alam khayal tadi.

Bahkan benak juga dilonggarkan untuk urusan norma sosial. Kalau etika Protestan semarak di Belanda di awal kelahirannya, sangatlah bisa dimengerti. Mereka secara instingtif akan memberontak terhadap segala sesuatu yang sifatnya mengukung. Dalam kasus kelahiran Protestan tentu saja pemberontakan atas kungkungan ajaran Katolik saat itu.

Proses itu terus berlanjut hingga sekarang. Kita tahu norma sosial Belanda adalah yang paling longgar di Eropa. Kelonggaran yang tetap diatur. Misalnya, mainlah ke Vondell Park di Amsterdam, bolehlah Anda menghisap ganja atau mariyuana dengan santai. Padahal di negara lain sembunyi-sembunyi pun Anda tidak boleh.

Jejak-jejak spatial neurotic ini bisa kita temukan dengan mudah di karya-karya seni mereka bahkan di kehidupan politik, tetapi kembali ke persoalan sepakbola, mentalitas pemain sepakbola juga sama persis. Ketika mereka turun ke lapangan, benak mereka selalu bermain-main dengan keinginan untuk menciptakan ruangan selonggar mungkin, lalu mengeksploitasinya.

Ketika Rinus Michel membawa Ajax menjadi juara Piala Champions tahun 1971, Eropa tersadarkan sebuah sistem baru yang mulai sempurna telah lahir. Sistem yang lahir dari psyche orang Belanda yang tergila-gila dengan ruang dan pemanfaatannya. Dan ketika Michel membawa Belanda ke final Piala Dunia 1974 lahirlah istilah Total Football.

Total Football sendiri sebenarnya meminjam penamaannya dari gerakan sosial yang digagas para arsitek-filosof terkemuka Belanda sekitar tahun 1970-an. Sebuah gerakan bernama Total. Memahami kehidupan perkotaan secara menyeluruh: mengatur urbanisasi, lingkungan, dan pemanfaatan energi dalam satu totalitas. Agar ruang yang tersedia di Belanda bisa termanfaatkan secara maksimal. Dan sepakbola adalah sebuah hiburan bagian dari pendekatan yang menyeluruh itu. Totalitas. Namanya: Total Football.

Tiki-Taka: Lima Rahasia Kehebatan Barcelona

1,367 kali dibaca

Barcelona melangkah ke final Liga Champions dengan catatan mengagumkan dilihat dari statistik ball possession dan umpan-umpan Lionel Messi dkk.
Blaugrana disebut-sebut sebagai “tim yang memainkan sepak bola dari planet lain”, terbaik sepanjang sejarah, dan pujian lainnya merujuk pada superioritas juara Liga Primera tiga musim berturut-turut itu.
Ball Possession
Barcelona mencatat ball possession tertinggi di antara semua kontestan Liga Champions musim ini dengan prosentase 73,4%. Los Cules juga menjadi tim dengan ball possession tertinggi di La Liga. Bayern Munich menjadi tim dengan ball possession tertinggi kedua setelah Barca dengan 61,5%. Terakhir kali Barcelona mencatat penguasaan bola di bawah 50% adalah lawan Werder Bremen pada Desember 2006 lalu dengan prosentase 43,5%.
Tiki-taka
Barca konsisten dengan pergerakan pemain dan penguasaan bola umpan pendek dari kaki ke kaki, atau yang dikenal dengan istilah tiki-taka. Di Liga Primera musim ini, Barca mencatat statistik fantastis 747 passsing per pertandingan, lebih banyak 200 passing dari semua tim di lima liga utama Eropa (Arsenal mencatat rata-rata 530 passing per pertandingan).
Pressing
Barca jarang memainkan bola di daerah pertahanan sendiri. Di Liga Champions, Barca hanya 12% melakukan ball possession pada sepertiga lapangan daerah sendiri, sisanya 61% ball possession Barca dilakukan di tiga perempat lapangan, termasuk daerah lawan, tertinggi di antara semua tim Liga Champions musim ini.
Xavi Hernandez
Maestro lapangan tenah Barcelona yang bermain gemilang musim ini dengan rata-rata 122 umpan per pertandingan di Liga Champions, 34 passing lebih banyak dari semua pemain (Bastian Schweinsteiger mencatat 88 passsing). Pada laga penuh terakhirnya di La Liga lawan Levante, Xavi mencaatat 175 umpan dalam satu pertandingan. Menurut statistik Opta, ini merupakan jumlah passsing terbanyak sejak musim 2006/07.
Dani Alves
Melihat permainan Barca berarti anda melihat “pemain esktra”, pemain tersebut adalah Dani Alves. Bek sayap asal Brasil yang total mencatat 796 sentuhan bola di daerah lawan, terbanyak di Liga Champions musim ini. Ia hanya kalah dari Lionel Messi dan Xavi. Intuisi menyerang Dani Alves menjadi amunisi alternatif Barca di daerah pertahanan lawan.

Goal In One! Diego Forlan Main Golf Sekaligus Sepakbola

130 kali dibaca
You need to a flashplayer enabled browser to view this YouTube video
Striker Atletico Madrid asal Uruguay, Diego Forlan, akan bakal dikenang sebagai pencipta “Footgolf”, sepakbola tapi golf, atau golf tapi sepakbola.
Bingung? Jangan…. #justjoke Nikmati aja aksi Forlan di video iklan terbaru Adidas

Craig Bellamy Tak Bisa Tolak Kans Dilatih Kenny Dalglish

Striker asal Wales itu merasa terhormat dapat menjadi bagian Liverpool asuhan King Kenny.

Oleh Dede Sugita

Champions League: Graig Bellamy, Eric Addo - Liverpool - PSV
Craig Bellamy menggarisbawahi faktor Kenny Dalglish sebagai salah satu alasan utamanya kembali menerima pinangan Liverpool.
Striker 32 tahun asal Wales ini pernah berseragam The Reds di musim 2006/07. Sayang, performanya mengecewakan sehingga langsung dilego ke West Ham United di tahun berikutnya.
Sekarang jebolan akademi Norwich City itu didatangkan lagi ke Anfield sebagai agen bebas lantaran tak dibutuhkan di Manchester City. Bellamy, yang mengklaim diri sebagai Liverpudlian, pun amat antusias menghadapi tantangan kali ini.



DAFTAR HARGA BAJU BUAT KOMNASS


Lengan Pendek : S = 18.000
M = 20.000
ML = 22.000
L = 25.000
XL = 26.000
XXL = 28.000
XXXL = 43.000
Lengan Pendek : S = 22.000
M = 25.000
ML = 26.000
L = 30.000
XL = 31.000
XXL = 42.000
Smua harga d atas belum trmasuk biaya sablon +30.000













APA SIH KOMNASS ???
KOMNASS adalah komunitas d asrama SPN LIDO, nama KOMNASS d ambil dr singkatan "KOMunitas aNak ASrama Spn lido". KOMNASS d bntuk pd tahun 2010, yg d ketuai oleh AFRAN (franskyes@). KOMNASS adalah komunitas yg beranggotakan ank" yg kreatif, dan juga komunitas sepeda yg sudah menggelar beberapa event & tour, dlm olahraga sepak bola pun KOMNASS jagonya, dgn permainan "TIKI-TAKA" atau TOTAL FOOTBALL kami psti lawan kalah.
Jgn prnah salah sangka, KOMNASS bukan geng brandalan yg suka nongkrong" gk jelas gitu. KOMNASS itu sukanya olahraga, berkreasi. *sedikit tentang KOMNASS yg kami sampaikan, semoga kamu tertarik utk JOIN US dan segera ikut aktivitas kami.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar